Rabu, 06 Januari 2016

KOLOM MURID : 3 CARA SOLUTIF TENTANG KEDISIPLINAN. DARI KAMI UNTUK GURUKU TERISTIMEWA


Pendidikan dan pengajaran memang tidak identik dengan kekerasan, baik di masa lampau maupun masa sekarang. Tetapi kekerasan sering di hubungkan dengan kedisiplinan dalam dunia pendidikan. Sebagian guru pada masa lalu berfikiran bahwa mendidik murid agar disiplin dengan cara memberikan sanksi atau hukuman seperti di lempar penghapus, di pukul dengan penggaris, dijemur di lapangan, dicukur rambut, dan sebagainya adalah cara yang ampuh. Disamping itu murid juga mengalami kekerasan psikis dalam bentuk bentakan dan makian seperti bodoh, goblok dan sebagainya. Padahal sebenarnya semua itu bisa berakibat fatal terhadap murid. Murid yang menerima perlakuan itu sewaktu waktu bisa saja mengalami trauma sehingga akan terganggu pada kejiwaannya. Atau murid tersebut akan menyimpan dendam, makin kebal terhadap hukuman dan cenderung melampiaskan kemarahan dan agresif terhadap murid lain yang dianggap lemah. 

Selain itu, jika orangtua murid tidak menerima perlakuan kekerasan terhadap anaknya tersebut, maka guru maupun pihak sekolah akan mendapat masalah yang bisa merusak citra sekolah. Seperti kasus yang terjadi pada 19 maret 2012 lalu yang kembali mengagetkan masyarakat belakangan ini (baca disini). Berawal dari razia rambut di sekolah, seorang guru mencukur rambut anak didiknya yang kedapatan memiliki rambut gondrong. Orangtua murid tersebut tidak menerima perlakuan itu dan menindaklanjuti kasus tersebut kepengadilan.

Jika dilihat dari satu sisi, memang dunia pendidikan sangat perlu di terapkan kedisiplinan agar menciptakan generasi yang berkualitas untuk masa mendatang. Namun perlu di perhatikan lagi cara yang di gunakan untuk mendidik murid agar disiplin. Berhati-hatilah dalam mengambil tindakan, karena mereka hampir sulit membedakan mana yang dianggap mendidik dan mana yang dianggap hukuman. Semoga pemerintah dapat memberi solusi terhadap kasus-kasus kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan.

Adapun menurut pendapat kami, solusi yang pertama adalah ada baiknya guru lebih mengenali karakter murid. Murid tersebut murid yang seperti apa, pemberontak kah, pendiamkah atau sebagainya. Apa yang menyebabkan murid tersebut tidak disiplin, semua itu pasti ada faktornya entah dari broken home, lingkungan tempat tinggal atau pergaulan dalam berteman. Murid yang mengalami itu pada dasarnya pasti juga ingin seperti yang lain, disiplin. Hanya saja mereka terjebak dengan keadaan sehingga salah mengambil jalan kemudian mengakibatkan terjadinya penyimpangan.

Kedua, terjalinnya komunikasi yang baik antara guru dan murid. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah. Upaya pendisiplinan itu tidak cukup hanya diajak tetapi seharusnya ditindakkan. Sebelum guru mendisiplinkan murid, maka guru harus terlebih dahulu mendisiplinkan diri sendiri agar dapat menjadi teladan bagi murid. 

Yang ketiga, ketika seorang murid melanggar peraturan sekolah maka guru dapat menegur atau memperingati dengan cara tegas bukan cara kekerasan. Namun guru juga harus berhati-hati dalam hal ini, karena terkadang murid sulit membedakan mana yang kekerasan dan mana yang tegas.

(Penulis merupakan murid kelas XI SMA Islam Al Azhar 13 Bintan, peraih nilai tertinggi pada semester I TA. 2015 / 2016)

0 komentar:

Posting Komentar