Selasa, 26 Juli 2016

RECRUITMEN - SEKOLAH ISLAM AL AZHAR BINTAN

Sekolah Islam Al Azhar Bintan membutuhkan beberapa guru baru untuk bergabung bersama kami pada posisi sebagai berikut :
  • Guru Kelas SD dengan Kualifikasi Pendidikan : S1 PGSD 
  • Guru Mapel PKn dengan Kualifikasi Pendidikan : S1 Pendidikan - Prodi PKn 
  • Guru Mapel Sejarah dengan Kualifikasi Pendidikan : S1 Pendidikan - Prodi Ilmu Sejarah 
  • Guru Mapel Kesenian dengan Kualifikasi Pendidikan : S1 Pendidikan - Prodi Seni 
  • Guru Mapel Bahasa Arab dengan Kualifikasi Pendidikan S1 : S1 Pendidikan - Prodi Bahasa Arab 
Persyaratan Umum :
  • Fotocopy Ijazah S1 
  • Daftar Riwayat Hidup 
  • Fotocopy Transkrip Nilai 
  • Fotocopy Sertifikat Kursus dan Pelatihan (Jika ada) 
  • Pas Photo Terbaru 
Persyaratan Khusus :
  • Beragama Islam 
  • Lancar membaca Al-Qur'an. (Diutamakan hafal Juz 30)


Silahkan kirim lamaran lengkap ke alamat :
Jl. Nusantara KM. 18, Kel. Sei Lekop , Kec. Bintan Timur Kab. Bintan, Kepulauan Riau.

Senin, 13 Juni 2016

Kenapa Seorang Mayit Memilih "BERSEDEKAH" Jika Bisa Kembali Hidup ke Dunia?

Firman Allah:

 رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ

"Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda [kematian]ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah..."
(QS. Al Munafiqun: 10).

Kenapa dia tidak mengatakan,
"Maka aku dapat melaksanakan umrah"
"Maka aku dapat melakukan shalat atau puasa" dll?

Berkata para ulama,
Tidaklah seorang mayit menyebutkan "sedekah" kecuali karena dia melihat besarnya pahala dan imbas baiknya setelah dia meninggal.

Maka, perbanyaklah bersedekah, karena seorang mukmin akan berada di bawah naungan sedekahnnya.

Rasulullah saw bersabda:

“Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya, hingga diputuskan perkara-perkara di antara manusia.”
(HR. Ahmad).

Dan, bersedekahlah atas nama orang-orang yg sudah meninggal di antara kalian, karena sesungguhnya mereka sangat berharap kembali ke dunia untuk bisa bersedekah dan beramal saleh, maka wujudkanlah harapan mereka.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya ada seseorang mendatangi Nabi saw, kemudian dia mengatakan:

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ibuku tiba-tiba saja meninggal dunia dan tidak sempat menyampaikan wasiat padaku. Seandainya dia ingin menyampaikan wasiat, pasti dia akan mewasiatkan agar bersedekah untuknya. Apakah Ibuku akan mendapat pahala jika aku bersedekah untuknya? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya”.
(HR. Bukhari & Muslim).

Dan biasakanlah, ajarkanlah kepada keluarga dan sanak saudara untuk bersedekah.

(oleh: Syeikh Maher al-Mueaqly, hafidzahullah, imam Masjidil Haram).

Rabu, 30 Maret 2016

TERSENYUMLAH

SENYUMLAH
Banyak pemikir yang berpendapat bahwa tawa dan senyum adalah salah satu sebab yang paling kuat yang mendorong manusia agar lebih efektif dan produktif. Oleh karena itu, mereka memberikan nasihat bahwa semua orang, sesuai dengan posisinya dalam kehidupan ini, jika ingin hidup dengan tenang, rileks dan berbahagia agar ia selalu penuh humor, sering tersenyum dan tertawa. Hal ini pada gilirannya akan menciptakan nuansa kejernihan, kebersihan, menghilangkan kesedihan, rasa bosan dan khawatir terhadap kehidupan ini.

Orang China selalu berkata dalam hikmah yang mereka sering ulang-ulang, “Orang yang tidak tahu bagaimana tersenyum seharusnya tidak bisa membuka toko” dalam artian orang yang tidak pernah tersenyum sulit untuk bersosialisasi dan sering mencari kesalahan orang.

Beberapa pakar mengatakan bahwa tawa adalah gerakan dalam akal yang menghilangkan banyak ketegangan. Maka, tidak aneh jika tawa yang tidak berlebihan adalah balsam bagi ruh, obat bagi jiwa dan ketenangan bagi hati yang sedang lelah, sedang bekerja. Dan senyum serta tawa itu adalah salah satu seni kehidupan yang tidak banyak orang ingin mempelajari, meskipun ia mudah.

Abu Darda berkata, “Saya terkadang menghibur hati saya dengan canda yang mubah untuk membangkitkan semangat mengerjakan kebenaran”. Sosok yang sering tersenyum akan lebih mudah untuk sukses dibandingkan yang lainnya. Karena ia lebih dapat menaklukan hati orang lain.

Sebuah penelitian menemukan bahwa orang-orang yang sering tertawa dan tersenyum itu adalah orang-orang yang paling sedikit mengalami keriput diwajah karena tua. Orang-orang arab memuji orang-orang yang senang tertawa dan menjadikan hal itu sebagai salah satu perilakunya yang baik, kemuliaan perangainya, kedermawaan tabiatnya dan kelembutan hatinya.
Rasullah adalah orang yang paling banyak tersenyum dan tertawa dihadapan para sahabat beliau. Bahkan, beliau menjadikan senyum sebagai ibadah yang digunakan untuk menyembah Allah sebagaimana sabdanya :
“ Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah “

Orang yang menelusuri kehidupan Nabi Saw. Akan mendapati bahwa beliau terkadang bercanda dan berhumor. Hal itu tidak aneh mengingat beliau adalah sosok yang menjadi rahmat yang dianugerahkan Allah untuk manusia. Allah berfirman :
“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” ( Ali Imran : 159 )

Ahmad Amin berkata, “ Seandainya manusia bersikap jujur, niscaya mereka tidak memerlukan tiga perempat obat-obatan yang ada di apotik dan ia cukup mengobatinya dengan tertawa. Satu tawa lebih baik seribu kali dari ASPIRIN dan OBAT PENENANG.
Bagaimana seorang muslim tidak tersenyum sementara dia telah meridhai ALLAH sebagai RABBnya, Islam sebagai agamanya , dan Muhammad saw sebagai nabinya .

Oleh karena itu tersenyumlah agar selalu menjadi obat hatimu dan orang disekelilingmu, karena satu senyuman mampu melunturkan berbagai masalah yang dihadapi.
Intining Wulandari S.Pd

Disadur dari buku Tersenyumlah Karya Dr. Aidh Al-Qarni

Rabu, 24 Februari 2016

Khazanah : Belajar dari kisah Umar bin Khattab dan Salman Al-Farisi, menjadikan ananda pribadi yang Jujur, Amanah dan Istiqomah. Sosok pemimpin muslim yang dirindukan umat Islam masa kini

Suatu hari, Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu.
Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.

Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata :
“Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!”

“Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !”.
Umar segera bangkit dan berkata :
“Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda?”

Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata :
“Benar, wahai Amirul Mukminin.”

“Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.”, tukas Umar.
Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya :
“Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera ku cabut pedangku dan kubunuh ia (lelaki tua tadi). Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini.”
“Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.”, sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.
“Tegakkanlah had Allah atasnya!” timpal yang lain.
Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.
“Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat”, ujarnya.
“Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayahmu”, lanjut Umar.
“Maaf Amirul Mukminin,” sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala,
“Kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa”.
Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur, dan bertanggung jawab.
Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata :
“Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah”, ujarnya dengan tegas.

“Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash”.
“Mana bisa begitu?”, ujar kedua pemuda yang ayahnya terbunuh.
“Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?”, tanya Umar.
“Sayangnya tidak ada, Amirul Mukminin”.
“Bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?”, pemuda lusuh balik bertanya kepada Umar.

“Baik, aku akan memberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji.” kata Umar.
“Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah-lah penjaminku wahai orang-orang beriman”, rajuknya.
Tiba-tiba dari belakang kerumunan terdengar suara lantang :
“Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin”.

Ternyata Salman al-Farisi yang berkata.
“Salman?” hardik Umar marah.
“Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini”.

“Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, yaa, Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya”, jawab Salman tenang.
Akhirnya dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.
Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.
Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman, salah satu sahabat Rasulullah S.A.W. yang paling utama.
Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.
Akhirnya tiba waktunya penqishashan. Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.
Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.
”Itu dia!” teriak Umar.
“Dia datang menepati janjinya!”.

Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.
”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku, wahai Amirul Mukminin..” ujarnya dengan susah payah,
“Tak kukira… urusan kaumku… menyita… banyak… waktu…”.
”Kupacu… tungganganku… tanpa henti, hingga… ia sekarat di gurun… Terpaksa… kutinggalkan… lalu aku berlari dari sana..”

”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum,
“Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” tanya Umar.
”Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan… di kalangan Muslimin… tak ada lagi ksatria… menepati janji…” jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.
Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya :
“Lalu kau, Salman, mengapa mau- maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?“

Kemudian Salman menjawab :
” Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”.

Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.
”Allahu Akbar!”, Tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak.
“Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”.
Semua orang tersentak kaget.
“Kalian…” ujar Umar.
“Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru.

Kemudian dua pemuda menjawab dengan membahana :
”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya”.

”Allahu Akbar!” teriak hadirin.
Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.
MasyaAllah…, saya bangga menjadi muslim bersama kita ksatria-ksatria muslim yang memuliakan al islam dengan berbagi pesan nasehatnya untuk berada dijalan-Nya..
Allahu Akbar…!

Kisah ini disebut dalam kitab I’laam al-Naas Bi Ma Waqa’a Lil Bara

Senin, 01 Februari 2016

Sekolah Islam Al Azhar Bintan dengan Guru Tahfidz Skala Nasional

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Semoga diberikan keselamatan atasmu, dan rahmat Allah serta berkahNya juga kepadamu para pembaca yang budiman dimanapun berada.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, sehingga kami dan para pembaca sekalian dapat terhubung kembali melalui tulisan yang kembali terbit ini, setelah sebulan absen mengisi blog Sekolah Islam Al Azhar Bintan yang sama-sama kita cintai.

Shalawat dan salam mari kita kirimkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. mudah-mudahan kita semua mendapat syafaat di yaumil akhir nanti, amin ya rabbal 'alamin.

Seluruh pembaca yang budiman, kali ini mimin (asal katanya Admin) akan membagikan beberapa info terupdate mengenai Sekolah Islam Al Azhar Bintan, sekaligus memohon maaf karena sebulan belakangan ini mimin disibukkan dengan urusan umat yang Insyaallah nantinya menjadi kabar gembira untuk kita semua.

Aula Al Azhar Bintan
Pertama. Mimin mengucapkan selamat dan sukses atas diresmikannya AULA AL AZHAR BINTAN pada tanggal 21 Januari 2016 oleh bapak Yuzet, S.Pd, MM, selaku Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kepulauan Riau. Peresmian ini disejalankan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Tahun 1437 H, yang dihadiri oleh seluruh orang tua murid Sekolah Islam Al Azhar Bintan serta dinas terkait. Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan di sekolah ini mengambil tema "Menjalin Ukhwah, Menebar Berkah, Demi Mencetak Generasi Yang Berakhlakul Karimah", dengan mendatangkan Penceramah Nasional Ibunda Hj. Sri Tuti Rahmawati S.UD, MA, beserta dua orang Hafizhah Peraih Juara Nasional yang kelak akan ditunjuk untuk membina Hafiz-Hafizah yang bersekolah di Sekolah Islam Al Azhar Bintan.

Kedua. Mimin ingin menyampaikan kabar gembira, seperti yang telah ditulis diatas bahwa Sekolah Islam Al Azhar Bintan telah resmi mendatangkan Hafizah Nasional yang akan bertugas membentuk Hafiz-Hafizah yang berasal dari Sekolah Islam Al Azhar khususnya dan Kabupaten Bintan pada umumnya. Berikut profil lengkap Hafizah Nasional yang kini bertugas di Sekolah Islam Al Azhar Bintan :

Nama : Nur Afriani Hasanah
Pendidikan : S1 (Syariah Muamalah), Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Prestasi : - Juara 1 STQ Nasional Cab. Tahfiz 20 Juz di Pondok Gede Jakarta 2015
                  (Hasil STQ Nasional Jakarta 2015)
               - Juara 1 MTQ Nasional Tahfiz 10 Juz di Ambon 2012
                  (Hasil MTQ Nasional Ambon 2012)

Nama : Habibah Nur Fadillah, S.Pd.I
Pendidikan : S1 (Pendidikan Agama Islam), Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta
Prestasi : - Juara III STQ Provinsi Papua Barat 10 Juz Putri 2015

Ketiga. Program Tahfiz Al-Qur'an yang dijalankan oleh Hafizah diatas telah resmi dimulai pada hari Senin 25 Januari 2016, berikut beberapa kegiatan Tahfiz Al-Qur'an yang dijalankan Sekolah Islam Al Azhar Bintan




Terakhir, kami menginformasikan kepada seluruh pembaca sekalian, bahwa Sekolah Islam Al Azhar Bintan telah membuka pendaftaran penerimaan murid baru, mulai dari TK, SD, SMP dan SMA Islam Al Azhar, CABANG RESMI YPI Al Azhar Jakarta.
Formulir pendaftaran SMA Islam Al-Azhar bisa didownload disini.

-Untuk keterangan lebih lanjut silahkan langsung ke Sekolah Islam Al Azhar yang beralamat di : Jl. Nusantara KM. 18, Kel. Sei Lekop, Kec. Bintan Timur, Kab. Bintan, Kepulauan Riau

Senin, 11 Januari 2016

PEMILIHAN PENGURUS OSIS SMA ISLAM AL-AZHAR 13 BINTAN PERIODE 2016-2017

Osis (organisasi Siswa Intra Sekolah) adalah sebuah organisasi yang pada umumnya di jalani oleh siswa-siswi. Organisasi ini biasanya terdiri dari ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris dan seksi. yang dimana seksi tersebut di bagi lagi ke dalam beberapa kelompok yang meliputi seksi keagamaan, pendidikan, olahraga, kesenian dan keorganisasian.
Tujuan di bentuknya osis sendiri adalah untuk menjadikan siswa siswi agar tidak kaku dalam sebuah organisasi besar nantinya.

Seperti saat ini pada tanggal 11 Januari 2016, SMA Islam Al-Azhar 13 Bintan melaksanakan kegiatan pemilihan osis yang di laksanakan di dalam ruang rapat osis yang di hadiri oleh pembina osis dan murid kelas X dan XI. Pemilihan ini di laksanakan berdasarkan kesepakatan dari seluruh murid yang ikut berpartisipasi dalam rapat tersebut. Kesepakatan di capai setelah masing-masing calon osis membacakan visi dan misi yang mereka buat dalam waktu 10 menit. Pemilihan ketua OSIS ini di lakukan secara voting (pemilihan suara terbanyak).

Adapun susunan kepengurusn osis SMA Islam Al-Azhar 13 Bintan periode 2016-2017 sebagai berikut :

Ketua             : Marzuki Rahmat Nasuion
Wakil Ketua  : Dedy Firmansyah
Bendahara     : Dwi Meizarni
Sekretaris      : Sandra Novitasari

Seksi Keagamaan
Ketua      : Myrna Hardyanti
Anggota  : 1. Shifa Afdilla
                  2. Doni Novrialdy

Seksi Pendidikan
Ketua      : Sasti Yustia
Anggota  : 1. Citra Mantikazu
                  2. Hafidz Ar-Rizka

Seksi Olahraga
Ketua      : Ricko Ardiansyah
Anggota  : 1. Yogi 
                  2. Sofyan

Seksi Kesenian
Ketua      : Rudi Andiawan
Anggota  : 1. Ayu Diana Mulya
                  2. Epi Kurniawati

Seksi Oeganisasi
Ketua      : Wardatul Jannah
Anggota  : 1. Siti Resti Haziriah
                  2. Sisika Yulia Fitri

Sekian struktur organisasi kepengurusan osis SMA Islam Al-Azhar periode 2016-2017. Kami berharap anggota kepengurusan osis dapat menjalankan tugasnya sebaik mungkin dengan tanggung jawab yang telah di berikan.

Kamis, 07 Januari 2016

JURNAL PENDIDIKAN : MEMAHAMI HAK DAN KEWAJIBANNYA. SYARAT UNTUK MENJADI GURU PROFESIONAL


Ibu Novia Felanti bersama Hj. Nurjannah LH. (Pengawas pusat YPI Al Azhar)
Dalam pemberitaan di media massa sering kita lihat adanya ketidakadilan ataupun kesewenang-wenangan yang dialami oleh guru, khususnya guru dengan status non pegawai negeri. Diantaranya adalah gaji yang tidak wajar (dibayar dengan sangat rendah) ataupun perlakuan diskriminasi bahkan kriminalisasi. Kesadaran masyarakat terhadap penghargaan profesi guru juga terkadang dirasakan sangat rendah. Guru juga sering dengan mudah didiskriminasi dengan dasar perlindungan HAM siswa dan mengesampingkan HAM guru itu sendiri. Padahal guru seringkali hanya ingin menegakkan aturan yang ada. Masyarakat kurang bisa memahami ketika guru memberikan sebuah punishment (hukuman) sebagai konsekuensi sebuah pelanggaran oleh siswa. 

Sebagai contoh, kasus yang sekarang sedang ramai dibicarakan di media cetak maupun elektronik. Ketika guru memberikan hukuman mencukur rambut siswa, orangtua seringkali memahaminya secara negatif. Padahal, orang tua siswa yang mendapatkan rambut anaknya dicukur seharusnya memahami hal tersebut lebih dalam. Mencukur rambut yang diterima anak harus dianggap sebagai bentuk pembelajaran dan pendidikan. Orang tua yang bijak seyogyanya berada dalam posisi yang netral, tidak selalu membela anak. Melihat permasalahan penyebab pencukuran rambut itu perlu, sehingga tumbuh kesadaran secara matang bahwa mencukur rambut bukan wujud diskriminasi (pengekangan) terhadap hak anak tetapi sebagai resiko atas pelanggaran yang dilakukan. Tetapi dari segi pandangan penulis dirasa tidak perlu jika guru secara langsung memotong rambut siswa yang tidak sesuai dengan aturan sekolah. Sebaiknya diberikan teguran secara langsung maupun tertulis dari pihak sekolah kepada siswa maupun orang tua siswa. 

Seorang pendidik harus mengetahui tentang hukum-hukum yang berhubungan dengan dunia pendidikan, agar para pendidik dapat memberikan pengajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, tempat mengajar, dan kebiasaan yang ada di lingkungan sekolah yang menjadi tempat pendidikan berlangsung. Seorang pendidik juga harus mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pendidik, serta hak dan kewajiban peserta didiknya, supaya tidak terjadi kekeliruan dan dapat menjadi pendidik yang profesional dan dapat menjadi teladan yang baik untuk peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru memiliki hak dan kewajiban dalam menjalankan tugasnya. Undang- undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan hak dan kewajiban guru yang diatur dengan sangat lengkap, terperinci dan jelas. Sedangkan hak dan kewajiban siswa diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003.

Agar lebih memahami hak dan kewajiban guru maupun siswa, alangkah baiknya sekolah lebih sering mengadakan pertemuan yang melibatkan pihak sekolah, guru, siswa beserta orang tua/wali murid. Diharapkan dengan seringnya dilakukan pertemuan maka komunikasi antara semua pihak terjalin semakin baik. Dengan komunikasi yang baik maka akan mempererat tali silahturahmi dan kekeluargaan. Semua pihak harus merasa saling memiliki akan keberadaan sekolah. Apapun yang terjadi merupakan tanggung jawab bersama. Setiap ada permasalahan antara guru dan siswa sebaiknya dimusyawarahkan terlebih dahulu secara intern sebelum pihak luar ikut campur. Kepada seluruh guru di Indonesia khususnya guru SMA Al-Azhar 13 Bintan marilah mendidik dengan hati, semoga sesuatu yang disampaikan dari hati akan diterima dengan baik oleh siswanya. Perlu diingat kembali bahwa adanya karakter yang perlu dibangun oleh guru melalui pembelajaran berbasis IMTAQ, pembiasaan, ketauladanan dan kegiatan yang berlandaskan ahlakul karimah. Serta karakter yang dibangun oleh siswa melalui pembiasaan kalimat toyyibah, pembiasaan tadarus, pembiasaan hafalan Al-Qur’an, pembiasaan shalat, kesopanan, kedisiplinan, tanggung jawab, kejujuran, kemandirian, kebersihan dan kepemimpinan. Berikan sedikit ruang untuk menjalin komunikasi yang positif dengan peserta didik. Dengan cara tersebut maka akan timbul kesadaran dari peserta didik dalam menaati peraturan yang berlaku di sekolah.

-Penulis pernah menjabat sebagai Kepala SD Islam Al Azhar 42 Bintan pada TA. 2013/2014. Beliau saat ini sedang menyelesaikan semester akhir Pendidikan Kimia S2 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Mohon do'a agar dilancarkan segala proses pendidikannya...

Rabu, 06 Januari 2016

KOLOM MURID : 3 CARA SOLUTIF TENTANG KEDISIPLINAN. DARI KAMI UNTUK GURUKU TERISTIMEWA


Pendidikan dan pengajaran memang tidak identik dengan kekerasan, baik di masa lampau maupun masa sekarang. Tetapi kekerasan sering di hubungkan dengan kedisiplinan dalam dunia pendidikan. Sebagian guru pada masa lalu berfikiran bahwa mendidik murid agar disiplin dengan cara memberikan sanksi atau hukuman seperti di lempar penghapus, di pukul dengan penggaris, dijemur di lapangan, dicukur rambut, dan sebagainya adalah cara yang ampuh. Disamping itu murid juga mengalami kekerasan psikis dalam bentuk bentakan dan makian seperti bodoh, goblok dan sebagainya. Padahal sebenarnya semua itu bisa berakibat fatal terhadap murid. Murid yang menerima perlakuan itu sewaktu waktu bisa saja mengalami trauma sehingga akan terganggu pada kejiwaannya. Atau murid tersebut akan menyimpan dendam, makin kebal terhadap hukuman dan cenderung melampiaskan kemarahan dan agresif terhadap murid lain yang dianggap lemah. 

Selain itu, jika orangtua murid tidak menerima perlakuan kekerasan terhadap anaknya tersebut, maka guru maupun pihak sekolah akan mendapat masalah yang bisa merusak citra sekolah. Seperti kasus yang terjadi pada 19 maret 2012 lalu yang kembali mengagetkan masyarakat belakangan ini (baca disini). Berawal dari razia rambut di sekolah, seorang guru mencukur rambut anak didiknya yang kedapatan memiliki rambut gondrong. Orangtua murid tersebut tidak menerima perlakuan itu dan menindaklanjuti kasus tersebut kepengadilan.

Jika dilihat dari satu sisi, memang dunia pendidikan sangat perlu di terapkan kedisiplinan agar menciptakan generasi yang berkualitas untuk masa mendatang. Namun perlu di perhatikan lagi cara yang di gunakan untuk mendidik murid agar disiplin. Berhati-hatilah dalam mengambil tindakan, karena mereka hampir sulit membedakan mana yang dianggap mendidik dan mana yang dianggap hukuman. Semoga pemerintah dapat memberi solusi terhadap kasus-kasus kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan.

Adapun menurut pendapat kami, solusi yang pertama adalah ada baiknya guru lebih mengenali karakter murid. Murid tersebut murid yang seperti apa, pemberontak kah, pendiamkah atau sebagainya. Apa yang menyebabkan murid tersebut tidak disiplin, semua itu pasti ada faktornya entah dari broken home, lingkungan tempat tinggal atau pergaulan dalam berteman. Murid yang mengalami itu pada dasarnya pasti juga ingin seperti yang lain, disiplin. Hanya saja mereka terjebak dengan keadaan sehingga salah mengambil jalan kemudian mengakibatkan terjadinya penyimpangan.

Kedua, terjalinnya komunikasi yang baik antara guru dan murid. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah. Upaya pendisiplinan itu tidak cukup hanya diajak tetapi seharusnya ditindakkan. Sebelum guru mendisiplinkan murid, maka guru harus terlebih dahulu mendisiplinkan diri sendiri agar dapat menjadi teladan bagi murid. 

Yang ketiga, ketika seorang murid melanggar peraturan sekolah maka guru dapat menegur atau memperingati dengan cara tegas bukan cara kekerasan. Namun guru juga harus berhati-hati dalam hal ini, karena terkadang murid sulit membedakan mana yang kekerasan dan mana yang tegas.

(Penulis merupakan murid kelas XI SMA Islam Al Azhar 13 Bintan, peraih nilai tertinggi pada semester I TA. 2015 / 2016)

Selasa, 05 Januari 2016

KOLOM GURU : PENERAPAN KEDISIPLINAN DENGAN MENGEDEPANKAN ADAB & AKHLAK


Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Mengomentari polemik yang sedang heboh di media sosial belakangan ini, yaitu Guru SD cukur rambut anak didiknya dipidanakan di Majalengka, Jawa Barat. Menurut saya, guru yang menghukum murid berambut gondrong dengan cara mencukurinya itu hukuman yang biasa-biasa saja. Cuman jadi luar biasa karena gurunya dilaporkan ke Polisi dan sekarang Pengadilan tetap memutuskan bahwa guru yang menghukumnya itu harus di Penjara (hukuman percobaan, namun akhirnya dibatalkan oleh majelis hakim MA). Pertanyaannya kenapa orang tuanya sampai melaporkan ke Polisi?... Kalau alasan anaknya sampai trauma itu bukan karena dicukur tapi karena sampai Polisi dan pengadilan. Seharusnya dia bersyukur karena anaknya jadi ganteng rambutnya jadi rapi, malah harusnya berterimakasih karena gratis tak perlu dia bayar tukang cukur, "pasti ada sesuatu yg lain".

Namun yang pasti, ini harus jadi pelajaran khususnya bagi semua pihak di Lingkungan SMA Islam Al Azhar 13 Bintan dan umumnya bagi semua kalangan tenaga pendidik dan kependidikan. Ketika seorang guru mau memberikan suatu kedisiplinan sekolah tetap harus bijak sana-bijak sini, tetap harus mengedepankan Adab & Akhlaq, jangan sekali-kali memakai Hawa Nafsu.

Kalau menghukum anak yang gondrong terus dicukuri tapi dengan kata-kata yang baik tidak sambil dibentak-bentak, saya yakin si anak akan ikhlas menerimanya, dan kalau dicukurnya rapi & bagus pasti dia senang, tapi kalau tidak tentu arah macam jalan tikus..... Ya marah lah Bapaknya. 


Apalagi di Negeri ini banyak Produk hukum yang isi Pasalnya ngambang, tidak jelas mana batasan yang boleh dilaporkan dan kena aturan hukum dengan yang tidak. Contoh: Apakah kalau ada seorang Ayah yang memukul anaknya yang sdh berumur 10 tahun karena tidak pernah Shalat, padahal dengan pukulan yang wajar & mendidik, mau dilaporkan juga ke Polisi karena dengan Alasan dianggap terkena aturan UU Perlindungan anak?.

Ini yg kita khawatirkan, dengan alasan dilindungi HAM, aturan ini & itu yg masih ngambang. Akhirnya tidak sedikit murid yang ngelunjak / songong kepada Gurunya, anak yang tidak sopan santun lagi dengan orang tuanya. Karena si orang tua & guru mau menegakan ketegasan takut melanggar aturan hukum yg ada. Oleh karena itu, khususnya bagi para pendidik harus lebih hati - hati saja dalam bersikap dll.

Sekian, terimakasih semoga bermanfa'at khususnya bagi saya & bagi kita semua. Wassalam...

(Penulis merupakan Plt. Kepala Sekolah SMA Islam Al Azhar 13 Bintan)